Kualitas hidupmu, salah satunya dipengaruhi oleh lingkaran pertemanan yang kalian miliki. Karenanya, penting membangun lingkaran pertemanan yang sehat, agar kita terus bersemangat untuk menghebat bersama. Ulasannya tersaji dalam video berikut:
Badung, Bali (Rumah Simbah)-Berteman haruslah membawa manfaat, jika tidak ada manfaatnya atau malah membawa pengaruh buruk, tinggalkan!
Tak perlu takut kehilangan teman atau harus berganti teman, demi memperbaiki lingkaran pertemanan yang lebih baik dan sehat.
Maka, tak ada yang salah bila kita “terpaksa” pilih-pilih teman. Karena ada ungkapan: Siapa dirimu, dilihat dari seperti apa teman-temanmu.
Sehingga profil teman-temanmu bisa jadi berpengaruh pada reputasimu. Itu menyangkut citra diri, yang kadang boleh saja kamu abaikan.
Namun ada yang lebih penting, bahwa lingkaran pertemanan amat berpengaruh pada kesehatan fisik atau mental. Kok bisa?
Lingkungan pertemanan yang positif dapat memberikan motivasi untuk terus berkembang, mengejar tujuan, dan mencapai potensi terbaik.
Inti dari pertemanan adalah dukungan, dalam format “saling”. Jika hanya kamu yang mendukung mereka, sementara kamu harus berjuang sendiri, berarti sebuah pertemanan timpang dan tidak layak dipertahankan. Kecuali memang kamu sudah berada di kelas ikhlas yang rela hanya “dimanfaatkan” oleh teman-temanmu.
Siapapun boleh menjadi temanmu tetapi untuk menjadi teman karib, pilihlah yang satu frekuensi setidaknya dalam hal hobi, visi dan nilai hidup.
Menjalani hobi bersama seperti berolahraga tidak saja memberi benefit pada kesehatan tubuh, melainkan juga naiknya tingkat kebahagiaan oleh sebab interaksi dan hubungan sosial yang menguat.
Penelitian menunjukkan hubungan sosial yang kuat dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penyakit kronis. Apalagi dalam lingkaran pertemananmu juga sama-sama menganut gaya hidup sehat.
Pada bagian lain sebuah pertemanan harus pula memberi nilai lebih pada kualitas hidup. Mungkin banyak orang yang hanya bisa menjadi teman bersenda gurau, jalan-jalan atau makan-makan.
Tetapi (hampir pasti) hanya sedikit orang yang seru diajak diskusi, beradu gagasan, dan bicara yang lebih bermakna tentang nilai-nilai kehidupan. Karena memang masyarakat kita bagai buih di lautan, hanya banyak secara jumlah. Sehingga harus selektif untuk memilih teman yang berkualitas.
Membangun lingkaran pertemanan bukan perkara jumlah orangnya yang banyak, melainkan kualitas pertemanan. Milikilah teman-teman yang saling memotivasi untuk tumbuh berkembang dan menghebat bersama.
Bahkan, tak masalah berteman dengan generasi senior, bila yang sebaya atau lebih muda hanya mengajak hura-hura tanpa makna.(Vic)


