Sambat

Lelah generasi tengah

Mbah…serius kalau aku sambat ke sini, Simbah bisa menyelesaikan masalahku? Memangnya Mbah sakti?

Yang penting aku cerita aja dulu ya. Kenapa ya justru orang-orang terdekat kita itu yang paling rajin memberi rasa sakit dan mengecewakan. Padahal kita selalu pengin yang terbaik untuk mereka.

Ini tentang ibu dan anakku. Ibuku generasi baby boomers sedangkan anak gadisku generasi Z, (kira-kira aku generasi apa Mbah?)

Dua orang yang tidak dapat aku taklukkan, keduanya memiliki keras hati dan keras kepala dalam versinya masing-masing. Mungkin akupun juga sih.

Terhadap ibu aku hanya pengin (salah satunya) dia dapat menyempurnakan rukun Islam kelima dengan pergi beribadah haji. Aku minta ke dia untuk mempersiapkan fisik yang sehat dan membulatkan niatnya, serta memantaskan diri untuk pergi ke tanah suci dengan memperbaiki perilaku dan budi pekerti. Itu saja. Soal biaya dan berbagai syarat perjalanan, biar aku yang memikirkan, meski itu bukan hal yang mudah buatku.

Tapi apa kenyataannya, tabungan haji yang sudah susah payah kukumpulkan malah diam-diam diambil sebagian dan diberikan kepada anak lainnya, yang selama ini jadi benalu di rumah. Kok tega ya Mbah?

Sementara kepada anakku satu-satunya, aku pengin sekali dia memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Tapi bukannya menyambut baik cita-cita mamanya, si bocah yang sebenarnya cerdas itu sudah dua kali meninggalkan bangku kuliah dari dua PTN bergengsi tanpa diskusi atau memberi tahuku. Ada beberapa semester yang aku transfer uang kuliah namun rupanya sia-sia karena anaknya gak pernah masuk kelas.

Kemarahanku sudah stadium 4 Mbah, aku pengin meledakkannya tapi kan gak baik. Aku kudu piye to Mbah?  (Sebrok, Blitar)

 

One comment

  1. Mbah menjawab:
    Hai Sebrok…Mbah bersumpah masalahmu gak akan selesai dengan sambat ke sini ya, dijamin! Lha trus apa gunanya sambat ke Rumah Simbah? Ya buat ngisi konten dong, juga seraya melihat tren problematika orang-orang di luar sana itu seputar apa saja sih.
    Jadi kamu salah banget kalau curhat ke sini kemudian berharap mendapatkan solusi, tentu tidak, camkan itu, ha haa…
    Tapi ya minimal kita bahaslah, kasihan kamu dah capek-capek curhat masa’ gak ditanggapi.
    Sebrok ini kemungkinan generasi X ya, karena kalau generasi Y punya anak gen Z terlalu dekat ngga tuh? Baiklah…gini ya, baik anak atau ibu itu anggota keluarga yang kita sendiri gak bisa memilih, itu sifatnya “pemberian” dari Tuhan.
    Kalau pada kenyataannya perilaku, sifat, dan karakter mereka tidak sesuai dengan harapan kita, hal yang bisa dilakukan adalah: kepada orang tua, kita memberi pemahaman sedangkan terhadap anak, kita mendidik. Lakukan upaya dan beri yang terbaik untuk mereka, selebihnya itu urusan Tuhan.
    Yang membuat pusing, stres, dan sakit hati, itu karena kamu begitu menginginkan hasil terbaik. Padahal “hasil” itu berada di wilayah kewenangan Tuhan. Jadi kamu gak perlu mencampuri sejauh itu. Tugasmu cukup mengupayakan yang terbaik untuk orang tua dan anakmu, sedangkan bagaimana hasilnya serahkan pada yang punya wewenang, tinggal didoakan saja.
    Ingat, semua pengorbanan dan kebaikanmu tidak ada yang sia-sia, semua tercatat sebagai amal ibadahmu. Yang ikhlas yaa…sini peluk Simbah.

Leave a Reply