Kisah pisah yang tertinggal di La Brisa

La Brisa di tepi Pantai Pererenan bukan sekadar restoran. Di sinilah tawa dan haru berpadu, menjadikan momen perpisahan di Bali terajut indah bersama panorama laut yang memikat.
https://youtu.be/6LTu9WhImVs

Rekreasi di Bali (8)

Badung, Bali (Rumah Simbah)-Hari terakhir di Bali membawa kami ke sebuah tempat yang indah: La Brisa, restoran ikonik di tepi Pantai Pererenan.

Di sinilah, kenangan liburan keluarga terajut, sebelum akhirnya kami harus berpisah dengan dua Pewarta Rumah Simbah di Bali.

La Brisa bukan sekadar restoran. Setiap sudutnya dirancang dari kayu daur ulang kapal nelayan, menghadirkan nuansa rustic yang berpadu hangat dengan semilir angin laut. Konsepnya terbuka, memeluk panorama pantai yang menjadi daya tarik utama.

Yang unik, setiap meja di La Brisa memiliki “harga” tersendiri—mulai dari Rp800 ribu hingga hampir Rp3 jutaan. Bukan untuk menyewa tempat, melainkan sebagai nilai minimal pemesanan makanan dan minuman. Artinya, semakin strategis posisi meja dengan pemandangan laut, semakin tinggi pula harga yang harus dibayarkan.

Dari kursi yang kami duduki, suasana terasa hidup. Vic-Nadya Izwa hadir on-cam, menjelaskan tentang aturan meja dan atmosfer yang memanjakan pandangan. Sementara itu, Cintya melangkah ke bibir pantai, menggambarkan bagaimana debur ombak dan garis cakrawala menjadi latar sempurna bagi siapa saja yang datang ke sini.

Hidangan pun datang beraneka rupa. Dari makanan berat hingga kudapan ringan, kopi juga kelapa muda. Bukan soal rasa semata, melainkan pengalaman: menyantap sajian sambil menatap laut yang terus bergerak, seolah ikut berbicara tentang perjalanan hidup.

Namun, di balik tawa yang terdengar, ada rasa haru yang menyelinap. Makan siang ini bukan sekadar penutup liburan, melainkan juga penutup kebersamaan kami di Bali. Ada tangis yang menetes, ada genggaman erat yang tak ingin dilepas, karena kami tahu: perpisahan itu nyata, meski hanya sementara.

Untuk mengabadikan momen, kami belanja gambar di pantai. Berempat, kami berlari lalu melompat ke udara—adegan sederhana, tapi menjadi simbol: bahwa kebahagiaan bisa dirayakan bahkan di tengah rasa berat hati.(Red)

Nuansa rustic di La Brisa. (Rumah Simbah/Zee)
Setiap meja di Labrisa ada “harga”nya. (Rumah Simbah/Zee)
Pemandangan laut lepas menjadi daya pikat pengunjung di La Brisa. (Rumah Simbah/Zee)

Leave a Reply