Bergaul dan berguru kepada para wreda atau warga senior bisa menjadi terapi agar tertular sikap bijak dan tenang serta rasa tenteram di tengah hiruk-pikuk problematika duniawi yang kerap meracuni kesehatan mental. Video berikut dikreasikan untuk momen Hari Lansia yang dirayakan hari ini (29 Mei).
Bogor (Rumah Simbah)-Gambaran tentang warga senior adalah mereka yang kembali polos dan damai tanpa ambisi. Tak heran ketika kita berinteraksi dengan mereka terasa tertular perasaan damai dan tenteram. Karena pembawaan yang tenang dan penuh nasihat bijak oleh sebab perjalanan dan pengalaman hidup yang telah mereka lalui.
Terlebih bila masa mudanya rakus ilmu maka ketika tua bagai guru besar yang memiliki segudang ragam pengetahuan. Maka bergaul dengan mereka seperti berada di sumber kebajikan dan kebijaksanaan.
Rupanya, tentang rasa tenteram yang seolah menular dari kaum wreda itu, bisa dijelaskan dari perspektif psikologi.
Sebagaimana psikolog dari Universitas Diponegoro Semarang Jessica Dhoria Arywibowo yang memiliki kepakaran terkait kesejahteraan subyektif pada lansia, merujuk pada teori dari Erik Erikson tentang perkembangan psikososial.
“Mereka di masa lansia ini berada pada tahap akhir integritas ego versus keputus-asaan atau despair. Pada tahap ini lansia merefleksikan atau merenungkan kembali kehidupannya selama ini jadi mereka menemukan makna hidup,” begitu kata dia.
Kemudian Jessica melanjutkan, bahwa seiring dengan bertambahnya usia pengalaman hidup itu semakin banyak termasuk pada lansia. Jadi mereka ini sudah banyak merasakan istilahnya asam garam atau manis pahitnya kehidupan.
Karena warga senior umumnya lebih menerima hidup apa adanya atau (bahasa Jawanya) semeleh, sehingga mereka bisa menemukan kebahagiaan dari hal-hal kecil atau sederhana, mungkin karena mereka telah kembali “polos”.
Saat mengobrol dengan generasi senior, mungkin cerita yang mereka sampaikan bisa menginspirasi jadi kita merasa mendapatkan pencerahan, insight atau pemahaman baru.
“Kita merasa mendapatkan role model, mau seperti apa sih kita dalam menjalani kehidupan,” jelas Jessica yang merupakan dosen Fakultas Psikologi Undip itu.
Setelah memperoleh panutan dari sosok wreda ideal, saatnya kita bergegas mempersiapkan perjalanan menuju pencapaian integritas ego.
Sebaik-baik generasi adalah yang tidak menjadi beban bagi generasi lain. Maka, menjadilah seseorang dalam versi terbaik, saat bocah tidak menyusahkan orang tua, manakala telah tua tidak merepotkan anak cucu.(Siz)

