Seperti badai, informasi berhamburan datang dari segala arah melalui gawai yang kita pegang sehari-hari. Tanpa kemampuan mencerna, informasi “sampah” bisa menjadi racun yang mengakibatkan kebusukan otak (brainrot). Berikut ulasannya:
Bogor, Jawa Barat (Rumah Simbah)-Di era digital, setiap hari kita disuguhi informasi tanpa henti. Dari berita serius, opini publik, sampai gosip receh dan drama media sosial, semua berjejalan dalam genggaman. Fenomena ini sering disebut sebagai badai informasi—deras, membingungkan, sekaligus melelahkan.
Sayangnya, tidak semua informasi bermanfaat. Banyak yang justru hanya “sampah”: judul heboh tanpa isi, kabar bohong, atau sensasi kosong yang membuat kita terdistraksi. Jika terus dikonsumsi, otak bisa mengalami brainrot: pikiran penuh hal remeh tetapi miskin makna. Dampaknya, konsentrasi buyar, kejernihan berpikir hilang, dan akal sehat pun perlahan terkikis.
Cara merawat akal sehat
Kabar baiknya, kita bisa memilih. Ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan:
Memberi jeda digital. Tidak semua notifikasi harus segera dibuka.
Mengasah literasi informasi. Biasakan memeriksa sumber, membandingkan fakta, dan tidak mudah terjebak judul bombastis.
Menjaga keseimbangan dengan dunia nyata. Interaksi langsung dengan keluarga atau teman sering lebih menenangkan daripada sekadar menggulir layar gawai.
Pilihan ada di tangan kita
Informasi itu seperti makanan. Ada yang bergizi, ada pula yang hanya membuat kenyang sesaat tetapi merusak tubuh. Kita yang menentukan apa yang layak dikonsumsi. Jika memilih informasi berkualitas, pikiran akan lebih jernih. Jika sebaliknya, otak bisa penuh sampah digital.(Red)




