Ilustrasi memberi bantuan (Rumah Simbah/Meta AI)
Petuah Simbah
Sungguh banyak orang yang membutuhkan pertolongan, tapi hanya sedikit yang pantas untuk ditolong. Jika tidak mampu menolong semua, setidaknya prioritaskan mereka yang memang layak, salah satunya orang yang “tahu berterima kasih”.
Menolong orang yang tidak tahu berterima kasih merupakan ujian keikhlasan bagi kita. Boleh saja kamu mencobanya, tapi jika ternyata lebih banyak didera rasa jengkel karena menganggap orang yang telah ditolong tidak tahu diri, berarti akan mencederai kualitas keikhlasanmu.
Agar lebih aman dan niat kebaikan kita untuk menolong orang tidak ternoda oleh rasa kecewa, kamu bisa memilih dan memprioritaskan orang-orang yang lebih layak untuk dibantu, semisal orang yang membutuhkan pertolongan finansial. Di antara tanda-tandanya sebagai berikut:
- Amanah. Dia meminjam uang untuk keperluan apa dan menggunakannya dengan baik-baik sesuai pengakuan saat akad meminjam. Pertolongan dari orang betul-betul dipergunakan untuk sesuatu yang bermanfaat.
- Darurat. Orang yang hanya terpaksa meminta pertolongan saat keadaan darurat, bukan menjadi hobi meminta dan memanfaatkan kebaikan orang.
- Penting. Meminjam uang untuk kebutuhan primer, menyangkut kelangsungan hidup atau biaya pendidikan, bukan untuk gaya hidup.
- Gaya hidup. Orang yang bergaya hidup sederhana, membelanjakan uangnya secara bijaksana tentu ketika dalam kesulitan lebih layak ditolong ketimbang mereka yang biasa hidup berfoya-foya.
Selain ketiga hal itu, untuk menolong seseorang kalian bisa memilih orang yang menyenangkan. Sikap “tahu berterima kasih” membuat kita akan menolong dia (lagi) dengan senang hati.
Tahu berterima kasih artinya dia tidak melupakan begitu saja kebaikan orang, melainkan ada upaya untuk membalasnya. Bukan sekadar pinjam uang dibayar dengan uang, dan selesai persoalan.
Orang rela meminjamkan uang kepada orang lain, yang tak jarang proses pengembaliannya tertunda lama atau dicicil, berarti ada pengorbanan di situ.
Orang yang tahu berterima kasih akan memahami pengorbanan tersebut dan berusaha membalas kebaikan itu dengan hal lain yang sekiranya diinginkan oleh kreditor. Tak selalu berupa uang atau barang, kadang orang mengharapkan hal yang tampak sepele tapi rupanya itu cukup berharga baginya.
Seperti seniman yang bahagia ketika hasil karyanya dikomentari, diapresiasi dan dipromosikan, sesederhana itu.
Karena dalam hidup berlaku konsep “saling” maka perhatikan juga kebutuhan orang lain.
Orang yang dengan ringan meminjamkan uang kepada orang lain, kemungkinan harta berharganya bukan uang, bisa jadi nonmaterial semisal karya. Sehingga sangat mudah membuat senang orang-orang seperti ini, tak butuh modal apa-apa selain ketulusan dukungan.
Meski Simbah orang yang masih terus belajar menaikkan kelas keikhlasan, yang seharusnya mampu membantu siapapun termasuk orang yang tidak tahu diri dan tak tahu berterima kasih.
Namun, Simbah juga berkepentingan “mendidik” cucu-cucu Simbah untuk menjadi orang yang tahu berterima kasih, agar kalian mudah memperoleh pertolongan dan orang tidak kapok menolongmu.*