Kepercayaan diri versi para pengabdi gengsi

Kepercayaan diri yang ditopang dengan barang-barang bermerek. (Rumah Simbah/Filmora)

Apakah kepercayaan dirimu harus ditopang dengan barang-barang bermerek yang kamu kenakan? Bukankah benda-benda itu hanya aksesori dan penghias semu. Jadilah pribadi yang bernilai, bukan dari tampilan sampul belaka.

Nilai diri seseorang bukan ditentukan dari barang bermerek yang dikenakan.

Setiap manusia diciptakan dengan segala kelebihannya. Dia akan makin memancarkan pesonanya bila mampu mengembangkan diri, memperbarui kebolehan, dan menaikkan keahlian. Sayang, tak banyak yang menyadari akan hal itu.

Lebih banyak kalangan yang sibuk menghias diri dengan barang atau benda (yang dia kira) berharga. Mulai dari kosmetik dan perhiasan; pakaian, tas, dan sepatu bermerek ternama; gawai dan perangkat teknologi yang terus (mengharuskan) diperbarui; juga kendaraan sebagai tunggangan yang membanggakan.

Kesemuanya diburu demi menyempurnakan tampilan visual, membangun citra diri yang bertumpu pada gengsi.

Sementara, nilai keunggulan diri lupa dibangun apalagi diperbarui. Terlalu sibuk menghias sampul luar, yang bersifat kebendaan.

Padahal, keunggulan diri tidak terletak pada megahnya penampilan fisik, melainkan kelas peradabannya, yang ditandai dengan kualitas isi kepala dan hati. Kecerdasan intelektual dan spiritual, yang termanifestasikan pada keluhuran budi. Itu penghias pribadi yang lebih bersifat alami dan abadi. Dengan begitu, dirimulah merek itu sendiri.

Karena pada umumnya orang lebih fokus pada nilai kebendaan, jangan heran bila perilaku mereka tak seindah barang-barang yang dikenakan dan digunakannya. Semisal pengemudi mobil mewah tapi gaya berkendara di jalan raya tak memiliki tata krama. Atau pengguna ponsel cerdas namun lebih pintar gawai dari orangnya.

Dan banyak contoh lain yang menggambarkan betapa seseorang menjadi tampak primitif manakala bersanding dengan barang-barang mewah nan canggih.  

Maka belilah sesuatu berdasarkan kebutuhan, sesuai kepribadian dan penghasilan, tak perlu memaksakan diri apalagi sampai berutang demi memburu barang tersier.

Biaya hidup, berapapun besarnya masih terukur dan dapat dipenuhi. Namun gaya hidup, dikejar sampai ke ujung dunia juga tak akan pernah ada habisnya. Masihkah akan terus berburu aksesori semu, demi meneguhkan diri sebagai pengabdi gengsi? (Siz)      

Membeli karena fungsi. Baju hangat yang diperlukan ketika berada di negara yang tengah bersalju.
Barang-barang bermerek yang dianggap mampu mendongkrak gengsi.
Mengoleksi barang, pertimbangkan fungsi.

Leave a Reply