Mahasiswa UBSI Hidupkan Nilai Pancasila di Panti Asuhan

Upaya menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak usia dini terus digencarkan melalui berbagai kegiatan edukatif berbasis masyarakat. Salah satunya dilakukan oleh mahasiswa Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Bogor, yang menggelar program pengabdian masyarakat di Panti Asuhan Yatim & Dhuafa Mizan Amanah.

Bogor, Jabar (Rumah Simbah) – Panti Asuhan Yatim & Dhuafa Mizan Amanah, yang berlokasi di Jl. Aria Surialaga, Bogor Barat, menjadi tempat berlangsungnya kegiatan pengabdian masyarakat oleh sekelompok mahasiswa Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Program Studi Sistem Informasi. Kelompok 5, yang terdiri atas lima mahasiswa, mengusung tema “Edukasi dan Kreativitas: Aktualisasi Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-Hari”.

Kegiatan ini dirancang untuk membantu anak-anak panti memahami nilai-nilai Pancasila secara sederhana, dekat dengan pengalaman mereka, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Panti Asuhan Mizan Amanah merupakan lembaga yang menampung anak-anak dari berbagai latar belakang, dengan rentang usia sekolah dasar hingga remaja.

Para pengurus panti mengungkapkan bahwa anak-anak di sana memiliki minat belajar yang tinggi, namun tetap memerlukan pembinaan karakter yang mampu menanamkan nilai moral, empati, kerja sama, serta sikap toleransi.

Melihat kebutuhan tersebut, para mahasiswa merasa kegiatan yang berfokus pada penanaman nilai Pancasila menjadi langkah yang tepat dan memiliki dampak jangka panjang.

Pemaparan Materi: Pancasila dalam Keseharian

Kegiatan dibuka dengan penyampaian materi oleh Muhammad Marzuqy dan Adnaan Ali Ramadhan. Berbeda dengan seminar formal yang kaku, mereka menyampaikan materi dengan bahasa sehari-hari dan contoh-contoh konkret dari dunia anak-anak.

Mereka menjelaskan nilai-nilai pada Sila Kedua dan Sila Ketiga melalui hal-hal sederhana, seperti: menolong teman yang kesulitan, tidak melakukan perundungan atau mengejek teman, menghargai perasaan orang lain, menjaga kekompakan di sekolah maupun panti, serta bagaimana perbedaan bukan alasan untuk saling menjauh.

Pendekatan berbasis contoh nyata ini membuat anak-anak lebih mudah memahami bahwa Pancasila bukan sekadar teks dalam buku pelajaran, melainkan pedoman hidup yang bisa mereka praktikkan setiap hari.

Anak-anak tampak antusias, banyak yang spontan mengangkat tangan untuk bertanya atau memberi contoh dari pengalaman pribadi. Momentum itu menunjukkan bahwa materi berhasil menyentuh ruang pengalaman mereka.

Marzuqy menyampaikan bahwa salah satu tujuan utama kegiatan ini adalah membumikan Pancasila agar tidak dirasakan sebagai konsep abstrak.

“Anak-anak harus tahu bahwa nilai Pancasila sudah hidup di antara mereka. Kita hanya perlu menunjukkannya melalui kisah-kisah kecil dan tindakan sederhana,” ujarnya di sela kegiatan.

Selmai Arilo membuka presentasi “Membumikan Nilai Pancasila. (Rumah Simbah/Rizqy)
Pemateri Marzuqy memaparkan sila Ke-2 Pancasila. (Rumah Simbah/Aldi)
Adnaan menjelaskan sila Ke-3 Pancasila. (Rumah Simbah/Aldi)

Interaksi Kreatif: Belajar Lewat Pertanyaan Seru

Usai pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan sesi kuis interaktif yang dipandu oleh Rizky Aditya Ramadhan dan Chayara Asri Fadhilatul Jannah. Sesi ini disusun dengan pertanyaan ringan namun mendorong anak-anak untuk berpikir kritis tentang situasi sehari-hari.

Pertanyaan-pertanyaan seperti:

“Apa yang kamu lakukan kalau melihat temanmu sedih?”

“Kalau ada teman baru yang pendiam, apa yang sebaiknya kamu lakukan?”

“Bagaimana cara menjaga kekompakan di lingkungan panti?”

membuat anak-anak merenungkan kembali perilaku mereka sendiri. Mereka pun dengan riang mengangkat tangan, berlomba-lomba menjawab, bahkan beberapa memberikan contoh dari pengalaman pribadi saat di sekolah atau panti.

Interaksi seperti ini tidak hanya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, tetapi juga membuka kesempatan bagi anak-anak yang biasanya malu untuk tampil di depan. Pendekatan non-formal membuat pesan moral lebih mudah melekat.

Para mahasiswa mengakui bahwa bagian ini menjadi salah satu yang paling berkesan. Selain membantu memperkuat pemahaman, sesi interaktif ini juga menjadi ruang untuk mengenali karakter anak-anak sekaligus melatih keberanian mereka dalam menyampaikan pendapat.

Pesan Penutup dan Penguatan Nilai

Ketua kelompok, Selmai Arilo, menutup kegiatan dengan menyampaikan pesan bahwa Pancasila seharusnya menjadi bagian dari perilaku, bukan sekadar hafalan.

“Kalian semua sudah menerapkan Pancasila lewat tindakan-tindakan kecil. Yang terpenting adalah terus menjaganya dan saling mengingatkan,” tuturnya.

Pesan tersebut disampaikan dengan penuh kehangatan, dan anak-anak menyambutnya dengan tepuk tangan. Para pengurus panti juga mengapresiasi kegiatan yang dinilai bermanfaat, menyenangkan, dan tepat sasaran.

Santunan dan Momen Kebersamaan

Sebagai bentuk kepedulian sosial, para mahasiswa menyerahkan santunan kepada pihak panti. Bantuan tersebut berupa dukungan kebutuhan harian yang diharapkan dapat membantu operasional panti. Meski tidak besar, pengurus panti menyampaikan terima kasih atas inisiatif dan kepedulian mahasiswa.

Kegiatan kemudian ditutup dengan sesi foto bersama, yang menjadi simbol kolaborasi antara mahasiswa dan anak-anak panti. Senyum anak-anak terlihat mengembang, menunjukkan bahwa kegiatan tersebut memberi pengalaman yang berkesan bagi mereka.

Pembagian bingkisan untuk anak-anak panti usai presentasi. (Rumah Simbah/Aldi)
Foto bersama para mahasiswa bersama keluarga panti. (Rumah Simbah/Aldi)

Makna Pengabdian bagi Mahasiswa

Bagi para mahasiswa UBSI, kegiatan ini bukan hanya memenuhi kewajiban akademik. Mereka menyadari bahwa pengabdian masyarakat adalah proses pembelajaran sosial yang tidak mereka dapatkan di ruang kelas.

Pengalaman berinteraksi langsung dengan anak-anak panti memberi mereka pemahaman baru tentang arti empati, tanggung jawab sosial, dan tantangan dalam menyampaikan materi pendidikan karakter.

Selain itu, kegiatan ini juga memperlihatkan bahwa mahasiswa memiliki peran dalam memperkuat nilai-nilai kebangsaan sejak usia dini, terutama di kelompok masyarakat yang membutuhkan dukungan.

Menjembatani Nilai, Menghubungkan Hati

Kegiatan pengabdian masyarakat di Panti Asuhan Mizan Amanah ini menjadi bukti bahwa pendidikan karakter dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, menyenangkan, dan membumi. Anak-anak panti mendapatkan pengalaman baru yang memperkaya pemahaman mereka tentang Pancasila, sementara mahasiswa merasakan nilai keikhlasan dan kebersamaan yang tumbuh dari proses tersebut.

Melalui kegiatan seperti ini, nilai Pancasila tidak lagi terasa jauh dan abstrak, tetapi hadir dalam tindakan-tindakan kecil yang dilakukan bersama—mulai dari saling menolong hingga membangun rasa persatuan.(Tim Mahasiswa UBSI).

Tim mahasiswa dalam tugas pengabdian masyarakat. (Rumah Simbah/Rizqy)

Leave a Reply