Pantai Yeh Gangga di Tabanan, Bali, tidak hanya menyimpan ombak yang indah. Di balik pasir hitamnya, ada kisah perjuangan kecil untuk kehidupan laut: upaya melestarikan penyu lewat konservasi Gangga Lestari.
Rekreasi di Bali (5)
Tabanan, Bali (Rumah Simbah)-Tempat konservasi tukik “Gangga Lestari Bali” di Pantai Yeh Gangga berdiri sejak tahun 2014, digagas warga Banjar Yeh Gangga di bawah Desa Adat. Dengan fasilitas sederhana berupa kolam dan sarang penangkaran, tempat ini menampung tukik-tukik hasil penetasan telur penyu, khususnya penyu lekang, salah satu spesies yang kerap mendarat dan bertelur di pesisir Yeh Gangga.
Satu sarang penyu bisa berisi 40 hingga 100 butir telur. Di konservasi Gangga Lestari, kapasitas penampungan bisa mencapai setengah juta tukik bila penuh. Namun, tantangannya tidak ringan: telur kerap dimangsa anjing dan kucing liar, ada risiko pencurian tukik, hingga kerusakan sarang akibat gelombang tinggi.
Meski begitu, lewat swadaya warga dan donasi pengunjung, konservasi ini tetap berjalan dan memberi harapan.
Di sini, wisatawan dan pelajar bisa ikut serta dalam pelepasan tukik ke laut. Aktivitas sederhana itu bukan hanya menjadi atraksi wisata, melainkan juga pendidikan ekologis: mengajarkan bahwa melindungi satwa laut adalah tanggung jawab bersama.
Psikolog lingkungan menyebutkan, keterhubungan dengan alam dapat menurunkan stres, meningkatkan rasa syukur, dan memperkuat empati. Melepaskan tukik ke laut bukan hanya soal konservasi, tetapi juga pengalaman batin—seolah kita menitipkan doa agar kehidupan terus berlanjut di samudra.
Dari pasir hitam Yeh Gangga, tukik-tukik mungil ini dilepas menuju samudra luas. Langkah kecil, namun penuh makna: mengingatkan bahwa setiap kehidupan, sekecil apapun, berhak mendapat kesempatan.(Red)


