Sakit pikiran, secara awam bisa dibilang demikian. Dalam dunia medis, sakit tanpa adanya indikasi penyakit dikenal dengan sebutan psikosomatik. Penjelasan mengenai hal ini dikemukakan dokter Stephany dari Pro Medical Clinic di Badung, Bali, berikut ini:
Badung, Bali (Rumah Simbah)-Bukan drama, bukan juga pura-pura. Adakalanya orang mengalami sakit fisik tapi ketika datang ke layanan kesehatan tidak ditemukan indikasi penyakit tertentu.
Padahal gejala dan keluhannya nyata dirasakan, bisa berupa tubuh lemas, mual, sulit tidur atau jantung berdebar. Kondisi demikian bisa dicurigai sebagai psikosomatik, sakit yang bersumber dari pikiran. Atau gangguan fisik yang dipengaruhi oleh faktor psikologis dan emosional.
Sebagaimana dijelaskan dokter Stephany yang berpraktik di Pro Medical Clinic di Canggu, Badung, Bali bahwa seseorang yang telah terdiagnosis psikosomatik biasanya mengalami banyak keluhan dari berbagai sistem tubuh seperti demam.
“Tapi kalau sudah terdiagnosis psikosomatis itu biasanya keluhannya muncul dari pikiran. Memang yang dirasakan itu benar ada, penyebab utamanya dari pikiran bukan sakit fisiknya,” ujar Stephany.
Pencetus umum dari psikosomatik biasanya karena stres berkepanjangan, konflik pribadi, atau beban sosial, yang kesemuanya bersumber dari pikiran.
Psikosomatik dapat digolongkan sebagai kasus gangguan mental. Mengutip dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, jumlah kasus penyakit mental ada sebanyak 7 persen. Di tahun itu jumlah penduduk Indonesia sebesar 264 juta sekian, yang artinya 7 persen setara hampir 18,5 juta jiwa.
Jika tidak ditangani dengan baik, gangguan psikosomatik dapat berkembang menjadi kerusakan organik. Penanganannya mesti dengan pendekatan menyeluruh yang melibatkan empat dimensi yakni medis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Secara mandiri untuk mencegah terjangkit psikosomatik seseorang dapat meningkatkan kemampuan pengelolaan stres dengan memperbagus kualitas spiritual. Karena stres umumnya hanya dipicu oleh masalah duniawi yang sesungguhnya fana.(Vic)
