Ghibah Berhikmah
Maling berseri
Hei…di kampung kalian masih ada maling, tidak? Di kampung Simbah dong ada, sering, malah. Kampungan sekali ya, di zaman AI begini masih ada saja yang melakoni “profesi” sebagai pencuri.
Awalnya Mbah sempat bingung mau mengisi rubrik “Ghibah Berhikmah” ini, mengingat memang diri ini tidak suka bergosip. Tapi karena pertimbangan bahwa kaum hawa banyak yang metode pengisian daya kegirangannya dengan berghibah, baiklah…rubrik ini diadakan. Dengan syarat tidak boleh menyerang orang atau kelompok sosial tertentu. Jadi tidak boleh menyebut nama, cukup rasan-rasan dan memetik pelajaran di balik gosip itu, sepakat?
Baik…kita balik ke cerita maling tadi ya. Sabtu pagi (12/10) Akung mau bakar roti untuk sarapan, tapi beberapa kali mencoba menyalakan kompor tidak juga mau nyala, setelah melongok ke kolong rupanya tabung gas sudah tidak ada, terlepas dari regulatornya. Akung menengok ke atas di mana kamera CCTV dipasang di salah satu pojok dapur. Rupanya lensa kamera pengawas itu telah dipalingkan ke arah dinding, kemungkinan itu dilakukan si maling agar aksinya tidak terdeteksi.
Memang dapur Simbah ini berada di bagian belakang rumah dan semi outdoor. Dan CCTV itu kami pasang setelah kejadian kemalingan di dapur beberapa bulan lalu. Si pengambil barang tanpa izin itu, dulu mengambil kompor gas. Bisa jadi, kala itu dia tidak mengambil sekaligus tabung gasnya karena tidak mempersiapkan perlengkapan untuk mengangkut, sehingga cuma bisa bawa kompor saja. Itu pun beberapa aksesori kompor seperti burner dan alat panggangan masih ketinggalan. Dasar…maling yang serampangan, aksinya tidak rapi.
Mungkin baru kali ini, pencuri tersebut punya kesempatan lagi untuk mengulang perbuatan tidak terpuji itu. Untuk melengkapi kompor gas yang sebelumnya diambil, tadi malam dia mengambil tabung gasnya (yang ketinggalan).
Setiap peristiwa pencurian, aku merasa kesal bukan karena kehilangan barang tapi lebih karena merasa dipecundangi. CCTV yang lumayan canggih, memiliki kemampuan interaksi dua arah dan dilengkapi alarm sirine polisi, masih bisa dia bungkam hingga tidak ada jejak sedikit pun.
Tetapi setiap momen kehilangan, Mbah bergegas introspeksi, mungkin sodaqohnya kurang dan mungkin juga si maling itu terlewat belum terima sodaqoh dari Mbah, sehingga dia mengambil sendiri jatah sodaqoh yang seharusnya dia terima.*