Pelit pangkal miskin

Untuk apa menggenggam erat harta kekayaan padahal itu semua tak bakal dibawa ke kuburan. Menumpuk harta dan menyimpannya baik-baik, tidak serta-merta membuat seseorang menjadi kaya. Karena harta yang dimiliki itu-itu saja dan tidak akan berkembang.

Bagaimana mekanisme harta bisa mengalir hingga berkembang? Bila pemiliknya bermental sebagai “provider” atau penyalur rezeki yang hobi berbagi. Lalu-lintas rezeki mungkin dapat dianalogikan seperti toren air berpelampung otomatis, dengan saluran pipa-pipa ke berbagai penjuru dan terdapat kran di setiap ujungnya.

Ketika kran-kran itu dibuka, akan menyalurkan air untuk berbagai kebutuhan, baik untuk bersuci (wudhu), mandi, mencuci, menyiram kebun dan lain sebagainya. Toren yang berada di rumah berpenghuni (bukan rumah kosong) membuat air dalam tampungan tiap hari berganti karena ada aktivitas kehidupan di sana.

Kran yang sering dibuka dan menyalurkan air, akan membuat pipa-pipa yang terlewati selalu bersih dan tidak sampai lumutan, begitupun di tingkat hulu yaitu tandon airnya. Saat volume tampungan air berkurang, mesin air otomatis menyala dan mengisi ulang toren.

Perputaran rezeki barangkali dapat digambarkan seperti cara kerja toren otomatis itu, jika seseorang rajin berbagi menyalurkan rezekinya untuk mereka yang berhak, Tuhan juga akan mengisi ulang kantung rezekinya setiap kali berkurang.

Berbeda dengan orang yang lebih senang mengoleksi rezekinya untuk kepentingan diri sendiri. Atas alasan apa Tuhan harus menambahnya.

Jika ada saudara yang datang dalam kekurangan, mungkin Tuhan sengaja mengirimnya kepadamu, untuk memberimu kesempatan sebagai penolong.

Maka ambillah peran sebagai penyalur, niscaya alur rezeki terus berputar hingga neraca finansialmu selalu sehat. Aamiin.*

Leave a Reply