Pandai membawa diri

Ilustrasi – Adab bertamu. (Rumah Simbah/Meta AI)

“Jadilah orang, yang kedatangannya dinantikan dan kepergiannya disayangkan. Kamu bisa berkualifikasi seperti itu, bila memiliki kepandaian membawa diri”

“Membawa Diri” merupakan keterampilan interpersonal yang mutlak dimiliki setiap orang, bila ingin kehadirannya dapat diterima dan mengesankan bagi siapapun yang bersinggungan dengannya.

Pendidikan luar sekolah yang terkesan sederhana namun penting untuk penerapan sepanjang masa dan di manapun berada adalah keterampilan nonteknis (softskill), di antaranya terkait cara membawa diri.

Dahulu, generasi Baby Boomers dalam mendidik anak cucunya memiliki fokus terutama dalam hal-hal yang terkait adab, sopan-santun (unggah-ungguh), tahu diri, dan membawa diri. Umumnya mereka tak terlalu meributkan urusan prestasi akademik, namun bakal marah besar bila kita dinilai telah berperilaku yang tidak patut.

Adab _termasuk di dalamnya keterampilan membawa diri_ menempati urutan teratas bagi orang tua zaman dulu dalam mendidik anak-anaknya.

Bagi generasi X yang kenyang mengenyam pendidikan etika ala Baby Boomers mungkin akan selalu tertanam bagaimana berhati-hatinya ketika memasuki pergaulan sosial. Menjaga adab menjadi perhatian utama supaya kehadiran kita dapat diterima.

Apalagi ketika bertamu ke rumah orang, kemampuan membawa diri menjadi keterampilan yang wajib dikedepankan agar tuan rumah berkenan dan merasa nyaman dengan keberadaan kita. Terlebih bila atas keperluan dan alasan tertentu harus menginap di rumah orang, meski masih terhitung kerabat atau keluarga.

Berikut beberapa tips “tinggal” di rumah orang, yang disarikan dari nasihat para orang tua dahulu.

  • Jangan merepotkan. Menginap di rumah orang hampir pasti merepotkan si tuan rumah, walau begitu usahakanlah untuk tidak terlalu merepotkan dengan cakap beradaptasi dalam waktu singkat.
  • Melibatkan diri. Ketika tuan rumah tengah ada kesibukan, bergabunglah dan libatkan dirimu bersama mereka, jika diperlukan.  
  • Berkontribusi. Bersikap ringan tangan, bantulah pekerjaan rumah agar kamu juga memiliki sedikit kontribusi, tidak sekadar numpang makan dan tidur.  
  • Tahu diri. Saat jamuan makan bersama, makanlah sewajarnya, jangan lebih rakus dari yang punya rumah. Nyalakan sinyal kepekaanmu, mungkin di antara menu yang dihidangkan ada makanan favorit tuan rumah, ambil seperlunya dan jangan dihabiskan. Kecuali memang tuan rumah menawarkan kepadamu dengan sungguh-sungguh, dan mereka senang melihatmu makan lahap.  
  • Tinggalkan kesan. Manakala hendak pulang, pastikan tidak meninggalkan barang kotor bekas kamu pakai. Seperti piring, mangkok, gelas, atau baju kotor dan sampah. Upayakan, rumah orang lebih rapi dan bersih saat kamu tinggalkan dibanding waktu kamu datang. Jangan sebaliknya, malah kamu meninggalkan “PR” buat tuan rumah.

Pelajaran sederhana ini, perlu kiranya ditularkan para orang tua ke generasi Z yang akhir-akhir ini banyak dipergunjingkan publik karena kekurang-mampuannya membawa diri.*      

Leave a Reply