Menjadi pribadi berharga diri memadai (bag. 2)
Berani kontroversi
Harga diri memadai atau berada pada level sehat akan menumbuhkan sikap berani, independensi, dan mandiri. Untuk menjadi pribadi yang memiliki penghormatan diri, lakukan hal-hal berani seperti di bawah ini:
- Berani memiliki sikap pribadi. Tidak menempatkan diri sebagai pengikut belaka dalam sebuah kelompok atau organisasi. Kebijakan/ketentuan biasanya berasal dari atasan yang dapat diperdebatkan karena atasan adalah seorang manusia yang dapat dikoreksi, aturannya tidak bersifat mutlak seperti halnya aturan Tuhan. Bahkan aturan Tuhan saja masih bisa “ditawar” untuk alasan dan kondisi tertentu, apalagi cuma aturan dari manusia. Sedangkan kebijakan yang berasal dari kesepakatan belum tentu hasil suara bulat, artinya menyisakan ruang perdebatan juga. Atas dua alasan itu, berani memiliki sikap pribadi menjadi indikasi seseorang yang tidak mudah tunduk kecuali untuk hal yang dia setujui.
- Berani kontroversi. Orang-orang besar yang berpengaruh, biasa melakukan hal-hal kontroversi yang awalnya ditentang dan diperbedatkan banyak orang, namun pada gilirannya memperoleh penerimaan bahkan penghargaan karena menjadi terobosan yang sebelumnya tak terpikirkan oleh orang kebanyakan. Maka, bila pemikiranmu biasa-biasa saja, seperti orang-orang pada umumnya, tidak berani mengungkapkan gagasan berbeda, berarti anda tidak istimewa. Dalam sejarah panjang peradaban, orang-orang istimewa adalah mereka yang berani menjadi kontroversi.
- Tidak segan berkata “tidak” untuk suatu hal yang tidak ingin dia lakukan. Artinya dia berpendirian, bukan penurut tanpa syarat. Tidak menyediakan diri untuk didikte dan dikekang dengan ragam ketentuan, melainkan akan melakukan pekerjaan atas kesadaran dengan kemampuan terbaiknya karena ia berdedikasi pada profesi. Meski tidak berdiri pada posisi sebagai pucuk pimpinan bukan berarti boleh bermental anak buah.
- Mengekspresikan diri sesuai kadar dan kapasitasnya. Tidak berlebihan dan dibuat-buat, tidak pula pura-pura sepakat padahal terpaksa. Berlaku serta bersikap sesuai kebutuhan situasi dan kondisi, artinya mengambil tindakan sebagaimana harusnya.
- Daya kritis. Memelihara sikap kritis baik di lingkungan sosial maupun dunia kerja, agar tidak tertipu oleh nilai-nilai salah yang telanjur lumrah. Sebab hal salah yang dilakukan berulang-ulang secara berjamaah, pada akhirnya akan dipercaya sebagai tindakan benar atau yang biasa disebut salah kaprah.
Salah satu contoh salah kaprah di jagat media, seperti media massa yang sekarang tidak malu-malu lagi mengambil konten media sosial sebagai sumber berita. Padahal media massa yang berlisensi dan ditenagai para jurnalis profesional, seharusnya yang menjadi sumber berita, bukan sebaliknya. Ada perumpaan dalam bahasa Jawa “kebo nyusu gudel” mungkin sesuai dengan kondisi tersebut.
Jika keadaan mengharuskanmu melakukan tugas yang tidak sesuai kaidah, merasalah terpaksa, jangan anggap tidak apa-apa supaya daya kritismu tidak tergerus dan makin tumpul.
(masih ada lanjutannya…)