Pentas Gejog Lesung memeriahkan acara Syawalan di Donoharjo, Ngaglik, Sleman, DIY. (Rumah Simbah/Enny)
Alu dan lesung, masyarakat dulu _utamanya Jawa_biasa menggunakannya untuk menumbuk padi. Namun di Yogyakarta dan sekitarnya, berkembang seni bebunyian dengan menggunakan lesung dan alu sebagai alat musiknya. Seperti yang dipentaskan tadi malam dalam acara Syawalan di Donoharjo. Berikut tayangan videonya:

Sleman, DIY (Rumah Simbah)-Ketika agama secara luwes berpadu padan dengan budaya para penganutnya, jadilah sesuatu yang menghibur sekaligus bermakna.
Seperti acara Syawalan Padukuhan Banteran di Kelurahan Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta pada Minggu malam (6/4). Sebuah helatan halal bi halal dengan menyajikan pentas Gejog Lesung yang diiringi lantunan sholawat Nabi Muhammad SAW.
Kemeriahan irama bunyi lesung yang dipukul dari berbagai sisi, beriringan dengan nyanyian sholawat mengundang masyarakat setempat berbondong-bondong menyaksikannya. Tak kurang dari 300 orang memenuhi kursi penonton di kawasan Desa Wisata Tanjung itu.
Gejog Lesung adalah kesenian tradisional perkusi yang dimainkan dengan alat penumbuk padi (lesung dan alu/antan). Biasanya kesenian ini diiringi nyanyian lagu-lagu daerah, tapi ketika dipentaskan untuk acara keagamaan, lagu yang dibawakan para sinden akan menyesuaikan, semisal sholawatan.
Lesung dulunya digunakan untuk memisahkan bulir padi dari kulitnya. Seiring perkembangan zaman, cara manual itu mulai ditinggalkan karena telah tergantikan oleh mesin giling padi.
Kemudian oleh masyarakat agraris di Yogyakarta dan sekitarnya, Gejog Lesung tetap dilestarikan menjadi ajang hiburan dan pengisi waktu luang.
Kesenian itu dimainkan oleh beberapa orang, mereka bergantian memukul lesung dengan alu pada bagian atas, samping, tengah, atau tepat pada bagian cekungan, sehingga menghasilkan suara berirama.
Kesenian Gejog Lesung biasa ditampilkan pada momen perayaan Agustusan atau manakala menerima tamu dari daerah lain dan wisatawan asing.(Enny)